Home
▼
Selasa, 19 Juni 2012
Budidaya kacang tanah
Budidaya kacang tanah
Di Indonesia sebagian besar kacang tanah dibudidayakan dilahan kering
atau tegalan , dan 30 % dilahan sawah setelah padi .
kacang tanah dapat ditanam pada tanah bertekstur ringan atau berat
yang penting tanah tersebut dapat meresapkan air dengan baik , sehingga
tidak terjadi genangan.
Akan tetapi tanah yang palin sesuai dengan adalah tanah bertekstur ringan
, dranase baik , remah dan gembur
Kacang tanah dapat berproduksi tinggi pada tanah-tanah berlempung walaupun
beresiko tinggi , yaitu mati tergenang , dan tanah sulit dilepaskan
dari polong serta banyak polong tertinggal dalam tanah saat panen.
Tanah Lempung yang kering juga terlalu keras sehingga menghambat
masuknya ginofor ke dalam tanah dan perkembangan polong.
Kacang tanah dapat berproduksi baik pada tanah yang agak masam ,tetapi
optimal pada Ph tanah 6,0 - 6,5 .
Pada PH tanah yang tinggi ( 7,5-8,5)kacang tanah sering mengalami klorosis ,
yakni daundaun menguning dan polong menjadi hitam . Apabila tidak diatasi
klorosis daun kacang tanahdapat menurunkan hasil antar 20 hingga 46% .
Tanah yang mengandung bahan organik tinggi ( > 2 % ) dapat menyebabkan
warna polong menjadi hitam sehingga kurang menarik .
1. Penyiapan lahan
- Tanah dibajak 2 x sedalam 15-20 cm , allu digaru dan diratakan ,
dibersihkan dari sisa tanaman dan gulma , dan dibuat bedenagan selebar
3-4 meter.
- Antar bedenagan dibuat saluran drainase dalam 30 cm dan lebar 20 cm
yang berfungsi sebagai saluran drainase pada saat becek , dan sebagai
saluran irigasi pada saat kering.
- Jika struktur tanah sudah gembur maka penyiapan lahan dapat dilakukan
dengan penyemprotan herbisida untuk membersihkan gulma , kemudian
dilakukan pengolahan tanah minimal sepanjang barisan / alur yang
akan ditanami
2. cara tanam
- Penaman secara berbaris tunggal denagn tugal atau alur bajak
dengan jarak tanam 35-40 cm x 10-15 cm , satu biji /lubang
sehingga populasi sekitar 250.000 tanaman perhektar .
kebutuhan benih sekitar 90-100 kg biji / ha
- Penanaan juga dapat dilakukan secara baris ganda
( 50 cm x 30 cm ) x 15 cm ,satu biji / lubang
3. Pemupukan
- 50 kg urea / ha atau 100 kg za / ha diberikan bersamaan tanam atau
saat tanaman umur antar 7-15 hari .
Pemupukan paling effesien dilakuka secara larik atau tugal
- Bila kandungan P rendah ( p - bray 1 ) < 12 ppm P , perlu diberikan
80 kg SP 36 / ha pada saat tanam .
Bila sudah tinggi ( > 12 pp) tidak perlu dipupuk P
- Jika kandungan K tersedia dalam tanah kurang dari 0,3 me / 100 gram
tanah , maka perlu dipupuk dengan kcl sebanayk 33-50 kg/ ha ( 45% K20)
atau 25-38 kg kcl ( 60 % K20) . Pupuk K dapat diberikan bersamaan tanam
dengan cara disebar
- Pada tanah dengan kandunagn Ca rendah ( ca-dd < 1 me Ca / 100 g tanah )
maka perlu diberi doalmit sebanyak 300-500 kg / ha , bersamaan tanam
dengan cara disebar atau di larikan pada fase pembentukan polong .
Pada tanah masam , pemberian dolomit sangat membantu pembentukan dan
pengisian polong.
- Pada daerah yang endemik klorosis ( gejala kuning ) karena ph tanahnya
tinggi ( > 7,4 0 perlu ditambahkan bubuk belerang sebesar 300-400 kg/ha
dengan cara mencampur rata dengan anah dan diberikan pada alur tanaman
sebelum tanam .
Bila tidak tersedia bubuk belerang bisa diganti dengan 2,5 = 5 ton / ha
pupuk kandang
- Gejala kuning juga dapat diatasi dengan penyemprotan larutan yang
mengandung 0,5 - 1 % FEso4 , 0,1 % asam sitrat , 3 % ammonium
sulfat ( ZA) 0,2 % . Urea pada umur 30, 45 dan 60 hari untuk
mempercepat pemulihan klorofis.